“Tapi kalau di rumah makan ji telur, sayur,” katanya.

Sementara itu, guru sekaligus Pembina Duta Fe SMK Pelita Agung, Lina mengatakan sebelumnya sekolah ini tersedia kantin. Namun belum menjajakan makanan sehat yang diharapkan untuk para remaja.

“Dulu ada, tapi tidak tau kenapa ibu yang jualan di kantin tidak buka lagi,” tambah Lina.

Sosialisasi tablet tambah darah, menjadi salah satu program pemerintah untuk remaja perempuan yang dikhawatirkan rentan akan melahirkan anak resiko Stunting atau anak pendek.

Stunting menjadi salah satu masalah utama yang perlu menjadi perhatian masyarakat khususnya di Desa Je’nemadinging, dikarenakan kondisi anak yang kurang terpenuhi gizinya, belum lagi remaja maupun ibu hamil ada yang mengalami kekurangan sel dalam darah (anemia) tanpa ia sadari, atau faktor lain yang memengaruhi seperti kurangnya pemahaman dan perhatian masyarakat akan hal ini. Pada akhirnya, generasi yang lahir setiap tahunnya akan mengalami hambatan tumbuh kembang.

 

Stunting Dipengaruhi Banyak Faktor

Dosen dan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Prof. Veni Hadju mengatakan, penyebab stunting yang bisa muncul akibat kekurangan gizi saat remaja, prakonsepsi, atau saat janin dalam kandungan. Para ahli telah sepakat bahwa status gizi calon pasangan sebelum memasuki pernikahan mempengaruhi kondisi janin dalam kandungan dan saat masa pertumbuhannya. Itulah sebabnya masa sebelum hamil dianggap waktu terbaik dalam pencegahan stunting walaupun hal ini masih terus dikaji.

Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya Stunting seperti pendidikan rendah, karena si ibu hamil tinggal jauh dari jamahan pendidikan 12 tahun contoh ketika si ibu hamil sedang tinggal di gunung. Faktor lainnya adalah kemiskinan, karena orangtua tidak mempunyai kemampuan untuk menyekolahkan anaknya keluar dari desa atau daerahnya, akses dan transportasi, buruknya sanitasi, air bersih yang tidak tersedia, kurangnya kepedulian masyarakat, pernikahan anak usia dini, hingga pergaulan remaja yang tidak bisa teratasi.