GOWA – Risti (15) ditunjuk mewakili sekolahnya, SMK Pelita Agung, Desa Je’nemadinging, Kabupaten Gowa sebagai Duta Fe. Tugasnya tidak berat, ia hanya harus memastikan teman-temannya meminum tablet tambah darah (Fe2+) yang dibagikan pihak Puskesmas Pacellekang setiap Jumat.

Siswa perempuan di sekolah ini tidaklah banyak, hanya sekitar 33 orang termasuk Risti dari 210 siswa jumlah di SMK ini.

Selama ditugaskan menjadi Duta Fe, tidak jarang Risti menerima keluhan dari teman-temannya usai mengonsumsi tablet tambah darah. Ada yang mengatakan siklus haidnya tidak normal, namun ada juga yang merasa biasa saja, bahkan di antara mereka ada yang mengaku jarang meminum tablet karena tidak terbiasa mengonsumsi obat-obatan.

Meski demikian, para siswi tetap antusias ketika pihak Puskesmas Pacellekang mengunjungi sekolah mereka. Bahkan, saat mahasiswa KKN dari Universitas Hasanuddin datang bersosialisasi tentang bahaya anemia, mereka merasa mendapat ilmu baru. Namun tidak jarang juga ada pertanyaan skeptis dari beberapa siswi.

“Ada juga yang bilang, untuk apa minum begini? Karena kami merasa tidak kekurangan darah. Tapi dibilang ini untuk mencegah gejala anemia. Terus ada juga yang bilang tidak bisa mengonsumsi obat sembarangan,” kata Risti sambil mendeskripsikan ucapan temannya.

Di usia remaja seperti Risti dan teman-temannya, tidak jarang begadang menjadi kebiasaan mereka. Belum lagi gaya hidup mereka mengonsumsi jajanan tidak sehat di luar sekolah menjadi makanan mereka saat istirahat.

Sosialisasi sekaligus pembagian tablet tambah darah (Fe2+) ke para siswi SMK Pelita Agung Je’nemadinging, Gowa.

Seperti yang dikatakan Een (15), ia mengaku hanya jajan di luar sekolah saat jam istirahat. Jajanan tidak sehat seperti bakso, gorengan, dan sejenisnya biasanya menjadi makanan sehari-hari. Bukan karena tidak mau berinisiatif membawa bekal, tapi karena jam sekolah hanya lima jam, sehingga jajanan tersebut cukup untuk mengganjal perut di kala lapar.