“Saya buat obatnya. Masukkan ke dalam partikel dan partikel itu dimasukkan ke instrumen yakni alat metered dose inhaler yang pasien sendiri bisa pakai di rumah,”, ujarnya.

Ditambahkan, ide mengambil senyawa dari tanaman lokal ini berdasarkan hipotesa awal yakni dari obat para pendahulu, nenek moyang yang memanfaatkan tanaman itu untuk mengobati benjolan.

Fokus ke pengobatan kanker paru, kata Nurhasni, karena presentase penderita kanker paru di Indonesia cukup tinggi dan rata-rata dari pria perokok.

“Yang lolos atau menang dan mendapat penghargaan adalah peneliti yang memberikan ide atau inovasi yang unik. Termasuklah ide dan hasil penelitian saya. Selain itu juga karena dinilai orisinil memberikan manfaat untuk Indonesia dengan penderita kanker paru prevalensi tinggi dan tingkat kematiannya tinggi,” ungkap Nurhasni Hasan menutup pembicaraan seraya memohon support dan doa dari semua pihak agar memenangkan ide obat dan teknik pengobatannya ini di tingkat internasional. (Salviah Ika Padmasari)