Study oleh USAID pada tahun 2014 menemukan bahwa run off air hujan ke laut sangat tinggi di Kabupaten Jeneponto sehingga air hujan tersebut tidak bisa dimanfaatkan maksimal untuk pertanian.

Fluktuasi harga juga menjadi permasalahan, untuk itu perlu dikembangkan kerja sama antar daerah, terutama dengan otoritas Ibu Kota Nusantara, agar Jeneponto bisa menjadi penyuplai kebutuhan pertanian. Dengan pasar yang jelas maka harga juga bisa dikendalikan sehingga akan menguntungkan petani. Jarak yang dekat antara Sulawesi Selatan dengan Kalimantan Timur merupakan keuntungan tersendiri sehingga biaya logistik produk pertanian bisa dikurangi sehingga produk pertanian kita memiliki daya saing yang baik.

4.Geosrtategis

Wilayah pesisir Jeneponto masuk dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II. ALKI II ini merupakan jalur tradisional perdagangan rempah dan kopra kepulauan nusantara. Tidak heran jika pada masa lalu, pesisir jeneponto ada dua pelabuhan besar yaitu Pelabuhan Pallengu dan Bungeng. Dari 2 pelabuhan ini, sisa 1 yang masih eksis yaitu pelabuhan bungeng. Padahal jika ditarik garis lurus, jarak pesisir tanah turatea ke surabaya sebagai salah satu hubungan utama perekonomian Indonesia lebih dekat jika dibandingkan ke pelabuhan Makassar. Artinya biaya logistik lebih rendah.

Jika pelabuhan tradisional ini bisa naik kelas maka jeneponto bisa menjadi hub utama jalur logistik sulawesi selatan dengan pulau jawa dan pulau-pulau lain di kawasan timur. Kondisi ini tentu saja akan meningkatkan perputaran ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Letak Jeneponto yang ada di pertengahan dua pusat ekonomi yaitu Kota Makassar dan Kabupaten Bulukumba membuka peluang untuk menjadi daerah peristirahatan rute selatan, keunggulan komparatif jeneponto dengan adanya PLTB membuat sangat cocok untuk pengembangan rest area yang instagramabel. Dengan berkembangnya rest area maka sektor UMKM juga akan terkerek naik sehingga trickle down effect bisa dirasakan.