2.Rumput Laut

Dengan potensi pesisir yang besar maka Tanah Turatea menjadi salah satu daerah dengan produksi rumput laut tertinggi di Sulsel dengan produksi tahun 2022 sebesar 26.432 Ton. Permasalahan terkait rumput laut adalah harga komoditas yang cenderung fluktuatif dan perubahan iklim yang semakin tidak bisa diprediksi.

Kondisi ini membuat ekonomi petani rumput laut tidak bisa maksimal. Butuh off taker yang bisa menetapkan harga minimal dan maksimal sehingga membantu pengendalian harga. Pengolahan rumput laut menjadi produk turunan juga merupakan jalan keluar untuk meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir. Proses pengolahan akan menghasilkan efek menetes yang akan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi kemiskinan.

3.Komoditas Pertanian

Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten Jeneponto, hampir 40% PDRB kita disumbangkan oleh sektor pertanian. Dengan 91% dari luas wilayah merupakan lahan pertanian maka Tanah para karaeng ini bisa menjadi lumbung pangan kawasan selatan Sulawesi Selatan

Permasalahannya adalah ketersediaan air, sawah di Kabupaten Jeneponto di dominasi oleh sawah sekali panen karena keterbatasan sumber daya air.

Bisa dibayangkan jika 20.000 Ha lahan sawah bisa di panen minimal 2 kali setahun dan produksi per hektar adalah 5,2 ton maka akan dihasilkan 208.000 ton gabah per tahun. Jika harga gabah adalah Rp. 6.000 per kilogram maka akan didapatkan Rp. 1.240.000.000.000/tahun. Saat ini sudah ada bendungan karelloe, tetapi bendungan yang diresmikan oleh Presiden Jokowi pada tahun 2022 hanya bisa mengairi maksimal 7.000 Ha. Untuk meningkatkan produksi pertanian, Pemerintah perlu membangun lebih banyak jebakan air, baik dalam bentuk embung, waduk, cek dam dan lainnya. Jebakan-jebakan air ini akan menahan air lebih lama di daratan sehingga kemudian bisa digunakan untuk pertanian.