Rebecca D Merril, Ph.D hadir sebagai pembicara pertama yang merupakan seorang ahli epidemiologi senior untuk Tim Perbatasan Internasional di Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan merupakan direktur CDC untuk Indonesia. Dalam presentasinya, Rebecca membawakan materi mengenai “Effective Implementation of Public Health Emergency Protocols: Lessons Learned and Future Strategies”.

Dalam presentasinya Rebecca menyebutkan terkait 7-1-7 to Stop the next Pandemic yang dimulai dari <7 Days yang merupakan waktu untuk mendeteksi (Date of emergence hingga date of detection), <1 Days yang merupakan waktu untuk memberitahukan (dari date of detection hingga date of notification), serta <7 Days yakni waktu untuk segera merespons (mulai dari date of notification hingga date of early response completion). Rebecca juga menyebutkan bahwa ada beberapa prinsip kunci untuk mewujudkan protokol yang sukses diantaranya adalah praktis, sederhana dan mudah dilakukan, realistis dan layak, berdasarkan kebutuhan dan efisien, memastikan penggunaan sumber daya yang adil, didorong oleh proses untuk operasionalisasi yang efektif, diuji secara berkala, melalui latihan, dan dipantau dan diperbarui. Rebecca pun mengatakan bahwa “implementing and improving realistic protocols for more effective pandemic preparedness can be done by ensure each sector has a clear role in detecting and responding to a public health threat, design and clarify methods to communicate and share data efficiently for each audience, and maintain routine communication and contact lists between sectors” ungkap Rebecca D Merril, Ph. D dalam presentasinya.

Adapun pembicara kedua yakni Assoc Prof Dr. Jalaluddin Abdul Malek yang merupakan dosen dari UKM Malaysia dan membawakan materi mengenai “Smart Enough Sustainable City (SESC), Strategy Alliance for Future Cities, Healthy Cities, and Recilient Cities”. Di awal presentasinya, Prof. Dr. Djalaluddin Abdul Malek mengatakan bahwa “this discussion proposes a major national agenda to build smart, sustainable, healthy, and resilient cities and creative way that meets local development needs. SESC represent a fusion of future city branding (future cities) that integrates colonial knowledge, local wisdom, and islamic knowledge”, jelas Prof Jalaluddin. Beliau dalam presentasinya menjelaskan mengenai branding konsep kota dari modern era ke post modern era. Adapun konsep modernisasi kota diantaranya adalah pertambangan (ada karena aktivitas pertambangan di daerah tersebut), kota pelabuhan (sebagai pelabuhan berbasis darat atau maritim), kota satelit (alternatif perkotaan) kota pinggiran kota baru, (menyebarkan aktivitas yang berpusat pada populasi), perkotaan pedesaan baru (untuk mengurangi migrasi penduduk ke kota-kota utama). Sedangkan konsep untuk post modernization era diantara lain kota cerdas (TIK dalam infrastruktur perkotaan memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan intelektualisasi perkotaan), serta kota pintar (integrasi teknologi dalam pembangunan berbasis pengetahuan telah dilihat sebagai solusi terhadap permasalahan utama lingkungan, ekonomi dan sosial, kota sehat (untuk mitigasi terjadinya wabah penyakit di dalam kota), kota berketahanan (mendorong keselamatan publik, membantu pengurangan energi, dan mendukung kesejahteraan sosial setempat).