RAKYAT NEWS, Edukasi – Human Immunodeficiency Virus atau lebih dikenal dengan HIV dapat menginfeksi siapa saja, termasuk anak-anak. Virus ini dapat membuat sistem kekebalan tubuh anak melemah dan berpotensi mengembangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Oleh karena itu, sangat penting untuk mendeteksi HIV sejak dini pada anak untuk mencegah penyebaran virus dan memulai pengobatan yang tepat.

Deteksi dini HIV pada anak dapat dilakukan dengan melakukan tes HIV. Tes ini dapat dilakukan pada bayi yang baru lahir atau anak-anak yang dicurigai terinfeksi HIV melalui transfusi darah, ibu yang terinfeksi HIV, atau aktivitas berisiko seperti hubungan seksual tanpa kondom yang dilakukan oleh orang tua atau pelanggaran seksual lainnya.

Deteksi dini HIV pada anak dimulai dengan tes antibodi. Namun, karena antibodi HIV bayi dapat mengikuti antibodi ibu hingga usia 18 bulan, tes HIV terlebih dahulu dilakukan pada bayi dengan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi virus HIV dalam darah bayi. Jika tes awal diulang pada bayi atas usia 18 bulan dan positif mengarah ke tes antibodi, bayi dikonfirmasi sebagai HIV positif.

Setelah dikonfirmasi HIV positif, anak-anak dengan HIV harus menjalani pengobatan segera. Pengobatan HIV pada anak-anak berbeda dari pengobatan pada orang dewasa dan dapat termasuk obat antiretroviral (ARV) yang dapat membantu menghambat perkembangan virus. Terapi ARV dapat membantu menjaga sistem kekebalan tubuh anak tetap kuat sehingga dapat mempertahankan gaya hidup sehat dan meningkatkan umur harapan hidup.

Selain itu, deteksi dini HIV pada anak juga penting untuk mencegah penyebaran virus ke orang lain. Anak-anak yang secara tidak sengaja terinfeksi HIV dari orangtua atau melalui transfusi darah sebelum tes HIV ditemukan harus diperiksa untuk HIV. Tes HIV-reguler adalah bagian penting dari perawatan kesehatan anak, terutama bagi orang yang berisiko tinggi terkena HIV.