Anehnya peserta yang terlibat dalam adu betis, sedikitpun tak merasakan sakit. Mereka justru kian bersemangat mengadukan betisnya diiringi bunyi-bunyian merdu yang dihasilkan dari Tumbuk Lesung.

Kepala Desa MoncongloE Lappara, Kecamatan, MoncongloE, Kabupaten Maros, Sirajuddin mengatakan, tradisi ini, merupakan pengungkapan rasa syukur kepada sang pencipta, yang telah memberikan reski dan rahmatnya kepada masyarakat MonconloE, sehingga panennya berhasil,.

“Dalam pelaksanaan Adat Gallarang ri MoncongloE, peserta wajib mengenakan busana adat. Perempuan mengenakan baju bodo aneka warna. Begitupun yang laki-laki, mengenakan jas warna-warni, songkok dan sarung ,” kata Surajuddin.

Acara adat ini dimulai dari kompleks Makam Ayah Syech Yusuf, pejuang syiar Islam di Sulawesi Selatan yang digelar dengan nama Gallarang Moncongloe, yang sekaligus menjadi lokasi adu betis.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maros, Muh. Ferdiansyah mengakui, sangat mendukung penyelenggaraan Acara Adat Gallarang ri MoncongloE, karena acara Adat Gallarang ri MoncongloE, merupakan salah satu kekayaan khasanah budaya Indonesia yang harus dilestarikan, sehingga pesta adat tersebut akan dijadikan kegiatan tahunan sebagai promosi Kabupaten Maros, menjadi destinasi tujuan wisata di Wilayah Sulawesi Selatan, yang layak dijual kepada wisatawan Nusantara maupun Mancanegara,.

Ferdy berjanji akan mendata kembali kegiatan serupa untuk dikembangkan menjadi potensi tujuan wisata, tutup Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maros, Muh. Ferdiansyah. (*/anto)

YouTube player