Geliat membaca di taman-taman baca masyarakat, disudut-sudut baca kembali menurun. Hal ini karena adanya larangan aktivitas berkerumun. Program antar dan jemput buku menjadi salah satu opsi yang dipilih oleh sebahagian penggiat literasi. Hal ini semata-mata agar tidak terjadi kekosongan aktivitas membaca buku walau di masa pandemi seperti saat ini. Selain itu pemerintah pun menyediakan sarana membaca buku secara daring (online) dan virtual. Disediakan oleh instansi-instansi yang selama ini konsen dan fokus pada aktivitas penyediaan bahan bacaan (buku).

Pandemi covid-19 ini memberikan pengalaman berharga kepada kita semua. Fenomena yang harus dan siap kita hadapi. Situasi sulit menjadi bagian dari kehidupan masyarakat hari ini. Hanya saja kita butuh program, kebijakan dan pemberdayaan secara maksimal agar budaya membaca buku tak terputus dalam situasi ini. Momentum hari buku nasional ini menjadi refleksi bersama dalam menghadapi gelombang industri 4.0 berbasis virtual. Buku digital bisa jadi opsi, namun buku manual tak boleh disepelehkan, kita masih sangat butuh itu. Masih banyak daerah yang akses jaringan internetnya masih minim sehingga membutuhkan buku sebagai sarana baca bagi masyarakat.

Kolaborasi antara keduanya menjadi sesuatu yang mesti dilakukan. Tak lain sebagai wujud konkrit dalam memenuhi kebutuhan membaca buku masyarakat.

Semoga wabah ini segera berakhir, agar aktivitas literasi yang mengarah pada upaya pembudayaan membaca buku bisa kembali terlaksana secara normal. Kita tentunya rindu dengan keceriaan para pengunjung perpustakaan, taman baca dan sudut baca yang menjadikan buku sebagai teman mereka. Selain itu kita mengharapkan adanya peningkatan budaya baca. Selamat memperingati hari buku nasional 17 Mei 2020. Bung Hatta berkata “aku rela dipenjara asal bersama buku, karena dengan buku aku bebas”.Penulis : Ketum KERTAS PENA dan Penulis 15 Buku.(*)