Fasilitas dan fitur pembelajaran berbasis daring (dalam jaringan) atau online yang dulunya tabu untuk dimanfaatkan, hari ini ia muncul sebagai gadis cantik yang jadi incaran dan buruan para pemerhati pendidikan yang didalamnya ada guru, siswa dan orang tua. Berbagai program dan kebijakan pun dikeluarkan dalam upaya mendukung kegiatan belajar dari rumah ini. Setidaknya sudah ada 5 kali perpanjangan masa belajar dari rumah, kesemuanya itu sebagai upaya konkrit dalam memutus mata rantai penyebaran dan penularan virus covid-19 atau virus corana yang konon katanya berasal dari negeri China ini.

Setidaknya sudah hampir 2 bulan berlalu sejak wabah ini ditemukan di pertengahan bulan maret lalu. Telah banyak korban berjatuhan. Jutaan manusia juga terjangkiti virus ini. Anggaran yang digelontorkan pun tidak main-main, berkisar 540 triliun lebih. Sebuah anggaran dan yang sangat fantastik. Dari mana sumber anggaran itu? penulis akan bahas di waktu yang lain. Fokus kita saat ini ialah momentum Hari Buku Nasional yang jatuh pada hari ini Minggu 17 Mei 2020. Sebuah peringatan akan pentingnya buku bagi kehidupan manusia.

Geliat Membaca Buku di Masa Pandemi, sejatinya dimasa sekarang ini aktivitas membaca harusnya meningkat. Itu jika dirumah-rumah kita tersedia buku untuk dibaca, tersedia buku bacaan dan tersedia perangkat serta sarana untuk membaca. Waktu yang begitu banyak dihabiskan dari rumah harus dibarengi dengan kegiatan yang produktif. Hal ini agar kebiasaan sebelum adanya wabah tetap terjaga bahkan lebih meningkat walau aktivitas sosial terbatasi.

Momentum 17 Mei sebagai Hari Buku Nasional menjadi perayaan berbeda di tahun ini. Situasinya ada pada masa pandemi covid-19. Terus, apa yang telah dilakukan agar budaya membaca masyarakat tetap aktif? Sebuah pertanyaan yang menggelitik kita semua, khususnya para penggiat dan literasi yang selama konsen dalam memberikan layanan baca buku berbasis masyarakat.