“Pemetaan bukan pekerjaan yang ‘maskulin’. Ini pekerjaan presisi yang membutuhkan ketelitian, komunikasi, dan nalar,” komentar pelatih ketika menanggapi pertanyaan tentang inklusivitas di kelas geospasial.

Sekolah berharap tren ini terus meningkat dan melahirkan duta-duta geospasial muda dari Bantaeng.

Sebagai penutup, Kepala Sekolah menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat: panitia internal, narasumber, guru, siswa, serta mitra yang mendukung.

Ia menekankan bahwa keberhasilan pelatihan bukan diukur dari seberapa banyak materi yang disampaikan, tetapi dari seberapa jauh kompetensi peserta berkembang dan dapat diaplikasikan.

“Indikator paling nyata adalah ketika peta yang dibuat hari ini betul-betul dipakai besok untuk mengambil keputusan, sekecil apa pun keputusannya,” demikian pesannya.

Sertifikat partisipasi dibagikan kepada seluruh peserta, diikuti sesi photo call sederhana sebagai penanda berakhirnya kegiatan.

Upaya SMKN 5 Bantaeng mengintegrasikan teknologi geospasial ke ruang kelas menunjukkan arah pembelajaran vokasi yang relevan dan visioner.

Pelatihan GPS geodetik di akhir September 2025 ini tidak hanya menyisakan kumpulan koordinat dan peta, tetapi juga menanamkan cara pandang baru: bahwa ruang—dengan segala detailnya—dapat dibaca, diukur, dan dikelola untuk menghasilkan perubahan nyata.

Dengan bekal pengetahuan, keterampilan, dan etika pengelolaan data, guru dan siswa SMKN 5 Bantaeng melangkah pulang bukan sebagai pengamat peta, melainkan sebagai pembuat peta masa depan mereka sendiri.

YouTube player