RAKYAT.NEWS, Jakarta – Psikolog dari Universitas Indonesia (UI) dan pelatih parenting, Irma Gustiana mengingatkan pentingnya meningkatkan pengawasan orang tua untuk mencegah penculikan anak karena keamanan dan keselamatan anak merupakan tanggung jawab orang tua.

“Yang pasti pengawasan itu penting. Orang tua harus bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan anak,” kata Irma, dilansir dari Tempo.co, Rabu, 1 Februari 2023.

Ia mengatakan, beberapa aksi penculikan belakangan didasari oleh maraknya penjualan organ tubuh demi mendapatkan uang. Menurutnya, lemahnya pengawasan orang tua dapat menjadi salah satu faktor yang memudahkan penculik untuk melakukan kejahatan tersebut mengingat anak merupakan kelompok paling rentan yang belum bisa melindungi diri sendiri.

“Ketika anak tidak dalam pengawasan orang tua maka akan memudahkan para penculik untuk melakukan aksinya,” katanya.

Selain memberikan pengawasan, Irma mengatakan orang tua juga perlu mengajarkan anak cara memberikan respons terhadap orang-orang asing yang ada di sekitar. Kemudian, ajarkan cara menolak ajakan orang lain yang tidak dikenal. Pastikan juga anak mampu menyampaikan isi pikirannya. Hal itu dapat dilatih, salah satunya dengan permainan peran.

“Jadi ketika ada sesuatu yang terjadi, anak mampu menyampaikan kecemasan atau ketakutan. Misalnya ketika di keramaian ada yang bertingkah laku aneh atau mencurigakan,” ujar Irma. “Sampaikan juga pada anak jangan berada di tempat yang sepi yang tidak ada orang lain. Jadi, harus berkumpul dengan teman-temannya atau mencari orang dewasa.”

Mengenal orang sekitar
Irma juga mengatakan penting bagi orang tua untuk mengenal tetangga di sekitar rumah sebab menurutnya kasus penculikan juga sangat mungkin terjadi di daerah perumahan. Pastikan juga anak tidak menggunakan aksesoris berlebihan yang akan mengundang penculik.

“Misalnya perhiasan berlebihan atau menggunakan smartphone dengan teknologi canggih dan harga yang mahal. Itu bisa menjadi incaran penculik untuk memanfaatkan kelemahan anak,” jelasnya.

Di samping itu, Irma mengatakan mengajari anak bela diri dapat menjadi salah satu alternatif untuk mencegah penculikan. Meski demikian, perlu diingat anak tetap merupakan kelompok yang tidak berdaya, apalagi jika penculikan dilakukan beberapa orang dewasa.

Di sisi lain, psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener mengatakan meskipun anak memiliki kemampuan bela diri, pengawasan orang tua tetap jadi yang utama.

“Sekalipun anak bisa bela diri, kekuatan fisiknya masih kalah dibanding orang dewasa yang jadi penculik. Diajari ilmu bela diri boleh tapi anak di bawah usia 12 tahun tetap harus dalam pengawasan orang tua di setiap situasi di mana pun dan kapan pun. Gandeng tangan anak supaya tidak jauh-jauh jalannya. Jangan tinggalkan anak duduk atau berdiri sendirian tanpa pendamping yang dikenal,” tegasnya.