RAKYAT, NEWS. MAKASSAR – Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Jamaluddin Jompa, membahas tentang empat tokoh Bugis dari Makassar yang bernama Jusuf dalam acara Seminar Internasional yang akan membahas Prinsip & Karakter Bugis-Makassar oleh 4 tokoh pemimpin asal Sulawesi Selatan di Indonesia.

Keempat tokoh tersebut adalah Syeikh Jusuf Al Makassar (1626-1699), Jenderal M Jusuf (1928-2004), Baharuddin Jusuf Habibie (1936-2019), dan M Jusuf Kalla (82 tahun).

“4 Jusuf yang memiliki 4 etos yang luar biasa yang insyaallah bisa jadi pembelajaran untuk kita semua,” kata Jamaluddin Jompa dalam sambutannya, Senin (2/9/2024).

Dalam seminar Internasional mengenai Prinsip dan Karakter Bugis – Makassar 4 Ethos 4 Jusuf, Prof. Jamaluddin Jompa menilai inisiatif tersebut sebagai sesuatu luar biasa yang digagas oleh Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla.

Prof. Jamaluddin Jompa menjelaskan, bahwa Syeikh Jusuf merupakan simbol perpaduan antara keilmuan dan keberanian.

“Sebagai ulama besar, Syeikh Jusuf juga dikenal sebagai Tuanta Salamaka ri Gowa, Syeikh Jusuf tidak hanya belajar dari teks-teks  keagamaan tapi juga dari pengalaman hidup dari para pendahulunya,” ucap pria yang kerap disapa Prof Jeje tersebut.

Ia juga menambahkan bahwa Jenderal M Jusuf adalah figur militer terhormat dalam sejarah Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai kepemimpinan yang kuat.

“Beliau mengajarkan bahwa kekuatan militer bukan hanya terletak pada senjata tapi moralitas dan etika tinggi, serta pada keberanian untuk melindungi dan memajukan negara,” pungkasnya.

Sementara Baharuddin Jusuf Habibie, presiden RI ke-3, adalah contoh nyata dari kecerdasan dan inovasi yang menjadi bagian dari budaya Bugis di Makassar.

“Selama masa jabatan presiden, beliau berperan penting dalm mengawal proses transisi menuju demokrasi yang lebih matang,” ujarnya

Prof Jeje menuturkan, bahwa sosok Jusuf Kalla dikenal dengan gaya kepemimpinan tegas dan kemampuannya dalam mengambil keputusan dengan cepat, terutama dalam situasi-situasi kritis.

“Peran beliau dalam memediasi berbagai konflik di Indonesia dan global serta kontribusinya dalam bidang ekonomi sosial membuatnya jadi sosok dihormati bukan hanya di Indonesia tapi juga dunia,” tuturnya.

Prof Jeje berharap acara seminar ini mampu menjadi pembelajaran dan pelajaran bagi semua orang. Sekaligus nilai-nilai yang dibagikan dari 4 tokoh tersebut dapat menjadi amal jariyah untuk mereka.

“Seminar internasional ini mudah-mudahan bukan hanya kita saling sharing di sini, tapi insyaallah menjadi bagian dari pembelajaran kita semua kepada 4 sosok yang semoga insyaallah menjadi amal ibadah juga buat beliau untuk kelak menjadi sumber amal jariyah. Bagi kita semua, mudah-mudahan bisa tularkan kepada generasi-generasi berikutnya,” tutup Prof Jeje.