Bedah Film Dokumenter ‘Masihkah Kita Diam’: Mahasiswa FMIPA Unhas Soroti Isu Lingkungan
RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas MIPA (BEM FMIPA) Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar kegiatan bedah film dokumenter bertajuk “Masihkah Kita Diam?” di cafe Inspirasi Makassar, Minggu (25/8/2024) malam.
Kegiatan ini merupakan Rencana Tindak Lanjut (RTL) dari kegiatan Latihan Kepemimpinan tingkat II (LK2) BEM FMIPA Unhas, yang bertujuan sebagai ajang refleksi dan diskusi mengenai isu lingkungan yang krusial di Indonesia, khususnya di kota Makassar.
Film “Masihkah Kita Diam?” merupakan film dokumenter yang menampilkan dua masalah utama di kota Makassar, yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada di Antang dan konflik reklamasi yang menimpa masyarakat Pulau Lae-Lae. Film ini mencoba menyingkap kontras antara gemerlap kota Makassar yang digaungkan pemerintah dan masalah lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat.
Acara bedah film ini dipandu oleh tiga mahasiswa dari peserta LK2, M Irsan Saputra dan Sumita Alting selaku pembedah serta Hikmah Abdia selaku moderator.
Pembedah film menyoroti ancaman yang dihadapi oleh masyarakat TPA antang yakni ancaman kesehatan dan tempat tinggal yang tidak layak huni. Selanjutnya untuk masyarakat Pulau Lae-Lae terancam oleh korporat besar yang ingin mengambil alih tanah mereka untuk keperluan reklamasi dan perluasan Center Point of Indonesia (CPI), namun masyarakat Pulau Lae-Lae solid untuk menolak tawaran itu.
Koordinator Steering LK2 BEM FMIPA, Isal Sulkarnain memantik dan menyerukan aksi nyata dari peserta kegiatan selaku mahasiswa Unhas, agar perjuangan menyuarakan keadilan ekologis tidak berhenti seperti di judul film, namun akan terus berlanjut.
“Saya juga menyerukan jawaban dari kawan-kawan semua sebagai mahasiswa, apakah jawaban dari film ini adalah akan terus diam? atau justru akan melakukan sesuatu ke depan? apa yang kalian mau lakukan?,” tutur Isal di hadapan peserta bedah film.
Peserta merespon pertanyaan tersebut dengan komitmen untuk menghadirkan solusi konkrit atas permasalahan TPA Antang dan reklamasi Pulau Lae-Lae.
Dimulai dari hal-hal terkecil seperti menggunakan tumbler dengan tujuan mengurangi limbah sampah, kemudian menanamkan kesadaran kritis kepada seluruh mahasiswa sampai masyarakat Makassar bahwa ada sistem dominan yang membuat masalah ini terjadi.
Pasca seluruh rangkaian kegiatan LK2 ini kesadaran akan isu-isu lingkungan semakin meningkat dan mendorong tindakan kolektif untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang hari ini semakin parah akibat corak produksi dominan yang eksploitatif.
Tinggalkan Balasan