Penulis : A.A Syam (Ketua Kosgoro Kabupaten Jeneponto)
Ditulis Dalam Rangka Hari Jadi Jeneponto Ke 161

Dilaporkan : Tim Jelajah Jeneponto 161

Jumat 25 April Tahun 2003 silam, menjadi salah satu tonggak sejarah existensi Kabupaten Jeneponto, torehan tanda tangan Bupati Jeneponto pada sebuah dokumen kala itu menjadi penanda sejarah hari lahir jeneponto. Dokumen yang ditandatangani itu adalah Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2003 yang menetapkan hari jadi Kabupaten Jeneponto pada tanggal 1 Mei.

Hari jadi merupakan tali pengikat identitas bagi seluruh kelompok masyarakat di Turatea, seperti seorang manusia, hari lahir menjadi identitas utama yang mendefinisikan siapa manusia itu.

Jeneponto adalah sebuah daerah yang berada di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan. Jika pulau Sulawesi dianalogikan sebagai sebuah tubuh, maka Kabupaten. Jeneponto merupakan tumit dari pulau Sulawesi.

Sebagaimana dalam ilmu refleksiologi, tumit merupakan salah satu bagian tubuh yang jika sakit maka akan mempengaruhi kinerja seluruh tubuh, bayangkan jika tumit sakit maka kita tidak bisa berjalan dan berlari kencang, seluruh aktivitas tubuh akan terasa terganggu. Jika kita ke tempat terapi refleksi, maka yang pertama di terapi adalah tumit untuk mendorong agar peredaran darah menjadi lancar sehingga membantu kinerja organ tubuh lainnya.

Kabupaten Jeneponto pun seperti itu, jika Kabupaten Jeneponto maju maka Provinsi Sulawesi Selatan akan maju, sebab potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Jeneponto bisa menjadi pendorong bagi akselerasi ekonomi Sulawesi Selatan.

Potensi Kabupaten Jeneponto

1. Garam

Salah satu potensi utama Kabupaten Jeneponto untuk regional sulawesi selatan, Kabupaten Jeneponto merupakan penghasil utama garam

Dengan panjang garis pantai 114 KM, yang membentang dari Kecamatan Bangkala Barat sampai Kecamatan Tarowang maka hal tersebut tidaklah mengherankan jika produksi garam Jeneponto berlimpah ruah

Aglomerasi penggaraman di Kabupaten Jeneponto pada tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Bangkala, Tamalatea dan Arungkeke dengan total luas lahan penggaraman 805 Ha dengan total produksi 43.304.611 Kg pada tahun 2022.

Dengan potensi garam yang demikian besar, apakah sudah memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian Butta Turatea? Padahal jika dilihat dari sejarahnya, garam adalah salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, bahkan asal kata salary (gaji) dalam bahasa inggris adalah Solarium Argentum yang merupakan kata lain untuk garam.

Pada masa romawi, garam digunakan sebagai gaji bagi para legion romawi. Saat inipun, lebih dari 500 industri manufaktur menjadikan garam sebagai bahan utamanya, tapi kenapa kehidupan para petani garam masih banyak yang miskin?

Permasalahan garam rakyat adalah kualitas kandungan NaCl yang baru 85% sehingga belum masuk kategori garam industry (kandungan NaCl minimal 95%). Padahal yang dibutuhkan oleh industri adalah NaCL diatas 95%. Akhirnya garam rakyat hanya digunakan untuk konsumsi yang harganya jauh dibawah garam industri. Selain itu, luas lahan penggaraman yang masih dalam bentuk bedengan kecil menyulitkan pengembangan garam untuk skala industry.

Bandingkan dengan India dan Australia, dimana garam sudah dikembangkan dalam skala industri, petak penggaraman terkecil bisa seluas 2 kali lapangan bola.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka memang perlu perubahan tata kelola garam di Kabupaten Jeneponto dengan tetap mengedepankan kepentingan masyarakat, misalnya dengan memberikan KUR kepada petani garam sehingga mereka bisa menghasilkan garam industri. Dengan adanya KUR ini, petani tidak harus lagi memanen garamnya 3-5 hari sekali, mereka bisa menambahkan waktu penggaraman menjadi 10-15 hari sehingga kandungan NaCl bisa meningkat.

2.Rumput Laut

Dengan potensi pesisir yang besar maka Tanah Turatea menjadi salah satu daerah dengan produksi rumput laut tertinggi di Sulsel dengan produksi tahun 2022 sebesar 26.432 Ton. Permasalahan terkait rumput laut adalah harga komoditas yang cenderung fluktuatif dan perubahan iklim yang semakin tidak bisa diprediksi.

Kondisi ini membuat ekonomi petani rumput laut tidak bisa maksimal. Butuh off taker yang bisa menetapkan harga minimal dan maksimal sehingga membantu pengendalian harga. Pengolahan rumput laut menjadi produk turunan juga merupakan jalan keluar untuk meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir. Proses pengolahan akan menghasilkan efek menetes yang akan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi kemiskinan.

3.Komoditas Pertanian

Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten Jeneponto, hampir 40% PDRB kita disumbangkan oleh sektor pertanian. Dengan 91% dari luas wilayah merupakan lahan pertanian maka Tanah para karaeng ini bisa menjadi lumbung pangan kawasan selatan Sulawesi Selatan

Permasalahannya adalah ketersediaan air, sawah di Kabupaten Jeneponto di dominasi oleh sawah sekali panen karena keterbatasan sumber daya air.

Bisa dibayangkan jika 20.000 Ha lahan sawah bisa di panen minimal 2 kali setahun dan produksi per hektar adalah 5,2 ton maka akan dihasilkan 208.000 ton gabah per tahun. Jika harga gabah adalah Rp. 6.000 per kilogram maka akan didapatkan Rp. 1.240.000.000.000/tahun. Saat ini sudah ada bendungan karelloe, tetapi bendungan yang diresmikan oleh Presiden Jokowi pada tahun 2022 hanya bisa mengairi maksimal 7.000 Ha. Untuk meningkatkan produksi pertanian, Pemerintah perlu membangun lebih banyak jebakan air, baik dalam bentuk embung, waduk, cek dam dan lainnya. Jebakan-jebakan air ini akan menahan air lebih lama di daratan sehingga kemudian bisa digunakan untuk pertanian.

Study oleh USAID pada tahun 2014 menemukan bahwa run off air hujan ke laut sangat tinggi di Kabupaten Jeneponto sehingga air hujan tersebut tidak bisa dimanfaatkan maksimal untuk pertanian.

Fluktuasi harga juga menjadi permasalahan, untuk itu perlu dikembangkan kerja sama antar daerah, terutama dengan otoritas Ibu Kota Nusantara, agar Jeneponto bisa menjadi penyuplai kebutuhan pertanian. Dengan pasar yang jelas maka harga juga bisa dikendalikan sehingga akan menguntungkan petani. Jarak yang dekat antara Sulawesi Selatan dengan Kalimantan Timur merupakan keuntungan tersendiri sehingga biaya logistik produk pertanian bisa dikurangi sehingga produk pertanian kita memiliki daya saing yang baik.

4.Geosrtategis

Wilayah pesisir Jeneponto masuk dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II. ALKI II ini merupakan jalur tradisional perdagangan rempah dan kopra kepulauan nusantara. Tidak heran jika pada masa lalu, pesisir jeneponto ada dua pelabuhan besar yaitu Pelabuhan Pallengu dan Bungeng. Dari 2 pelabuhan ini, sisa 1 yang masih eksis yaitu pelabuhan bungeng. Padahal jika ditarik garis lurus, jarak pesisir tanah turatea ke surabaya sebagai salah satu hubungan utama perekonomian Indonesia lebih dekat jika dibandingkan ke pelabuhan Makassar. Artinya biaya logistik lebih rendah.

Jika pelabuhan tradisional ini bisa naik kelas maka jeneponto bisa menjadi hub utama jalur logistik sulawesi selatan dengan pulau jawa dan pulau-pulau lain di kawasan timur. Kondisi ini tentu saja akan meningkatkan perputaran ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Letak Jeneponto yang ada di pertengahan dua pusat ekonomi yaitu Kota Makassar dan Kabupaten Bulukumba membuka peluang untuk menjadi daerah peristirahatan rute selatan, keunggulan komparatif jeneponto dengan adanya PLTB membuat sangat cocok untuk pengembangan rest area yang instagramabel. Dengan berkembangnya rest area maka sektor UMKM juga akan terkerek naik sehingga trickle down effect bisa dirasakan.

Potensi dan permasalahan yang telah diidentifikasi tersebut menjadi tantangan bagi seluruh stakehiolder di turatea untuk dicarikan langkah-langkah pengembangan sehingga Jeneponto bisa memiliki daya saing yang baik sehingga mampu berdiri sejajar dengan daerah lain. Dalam dunia perencanaan, ada adagium “tidak ada wilayah yang ditakdirkan miskin”, Tuhan YME telah memberikan semua wilayah kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada yang kering tapi memiliki cadangan minyak, ada yang tidak memiliki Sumber Daya Alam berlimpah tetapi diberikan lokasi yang strategis dan lainnya.

Perkembangan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pengelolaannya, dengan begitu maka menjadi tugas sejarah bagi kita semua, putra-putri turatea untuk membawa Jeneponto maju dan bersaing dengan daerah lain, menegakkan harga diri sebagai masyarakat pekerja keras dan pantang menyerah. Apapun profesi kita, kontribusi kita sangat dibutuhkan untuk membawa kemajuan bagi Butta Passolongang Cera’ta.

Harapannya, pada tahun 2045 nanti, ketika Jeneponto merayakan hari jadi yang ke 182, Tanah para pemberani ini sudah menjadi daerah maju dan mandiri serta menjadi bagian dari Indonesia Emas 2045.

Selamat Hari Jadi Kabupaten Jeneponto ke 161, Tanggal 1 Mei 2024
“Jeneponto Bangkit Jeneponto Mendunia.”