“Catatan Pemilu Damai”.

Oleh :
Mustaufiq

Pesta demokrasi terbesar bangsa ini telah usai. 14 Februari 2024 seluruh anak bangsa dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote bersama sama menggunakan hak demokrasi yang melekat pada dirinya dalam memberikan suara partisipasi sebagai hak yang melekat dan di akui oleh negara. Ratusan juta pasang mata dan telinga tertuju pada satu titik yang dinamakan Pemilihan Umum ( Pemilu ).

Perbedaan dalam pilihan politik adalah hal wajar dan manusiawi, setiap orang harus menghargainya sebagai bentuk implementasi dari sebuah nilai demokratis. Terlalu mahal jika beda pilihan politik sampai merusak persaudaraan, terlalu murah harga diri jika menukar persahabatan dengan permusuhan, Beda pilihan politik tidak harus sampai menciderai persaudaraan dan persahabatan. Hiruk pikuk Pemilu harus kembali normal setelah seluruh anak bangsa telah menunaikan hak suaranya.

Semua kembali pada kehidupan masing-masing, bekerja sesuai tugasnya, beribadah sesuai dengan keyakinannya sembari memantau proses penghitungan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Rajut kembali benang yang sempat kusut dan putus, Rujuk kembali jika sempat berpisah padahal pernah bersama. Jika Rajut dan Rujuk sudah terbentuk maka indahnya sebuah perbedaan akan terlihat. Singkirkan jauh rasa curiga mari sambut masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan indonesia yang lebih maju.

Lakukan sedikit kebaikan di mana pun kita berada, karena bagian kecil dari kebaikan yang disatukan yang akan membanjiri kebajikan didunia. Jika kebaikan kecil saja dapat mendamaikan sebuah perbedaan, maka saat ini dan yang akan datang mari lakukan banyak kebaikan guna mewujudkan suatu tatanan hidup yang damai dalam perbedaan, dan sejuk dalam keragaman.

Warna boleh beda tapi kewarasan tetap terjaga, gambar boleh tidak sama tapi tetap menggambarkan nilai persaudaraan. Makassar bijak mengatakan “Mannaja Tassijulu ero’, tassi rupa pangngai, ingka Passaribattangngang taccini’ sassang, tallangngere’ kana kodi, ki patompiki’ siri’ napaccea naki paruppa kana passingaia” artinya bahwa meskipun berbeda pilihan, namun nilai persaudaraan yang di rajut tak kenal gelap, dan tuli akan cerita buruk, utamakan saling menghargai dan rasa sayang dan mengasihi antar sesama. Damailah bangsaku, sejahteralah negeriku.

Dari Selatan Sulawesi Selatan, dari Butta Para Karaeng, sudut kota Jeneponto, kami kirimkan salam damai buat Bangsa ini. (*)