Riset Mikrobiota Lambung Diakui Internasional, Dosen FK Unhas Raih Penghargaan Bergengsi di Korea
RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Penelitian mengenai mikrobiota lambung yang dilakukan Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hasanuddin (Unhas), dr. Rini Rachmawarni Bachtiar, Sp.PD, K-GEH, MARS, berhasil mengantarkannya meraih penghargaan prestisius KGFID (Korean Gastroenterology Fund for Integrated Development) pada ajang Korea Digestive Disease Week 2025 (KDDW 2025).
Penghargaan tersebut diberikan untuk dua kategori sekaligus, yakni Best Abstracts dan Best Presentations, melalui karya ilmiah berjudul: “Characterization of gastric microbiota based on endoscopic and histopathologic findings in gastritis: Focus on non-Helicobacter pylori pathogenic genera.”
KDDW 2025 merupakan forum ilmiah internasional yang mempertemukan para ahli, peneliti, dan praktisi medis di bidang gastroenterologi dan hepatologi dari berbagai negara.
Ajang ini diselenggarakan oleh Korean Society of Gastroenterology bersama asosiasi akademik terkemuka di Korea, dan dikenal sebagai salah satu panggung ilmiah paling prestisius di bidang penyakit pencernaan.
Dalam forum tersebut, dr. Rini memaparkan risetnya mengenai keberadaan bakteri-bakteri selain Helicobacter pylori yang ditemukan dalam lambung pasien gastritis.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pola mikrobiota yang jauh lebih kompleks, terutama pada pasien dengan gastritis atrofi, termasuk ditemukannya bakteri patogen seperti Pseudomonas dan Klebsiella yang berpotensi memainkan peran dalam peradangan kronis hingga risiko kanker lambung.
Ia menilai penelitian ini mendapat pengakuan karena relevansinya dengan isu yang sedang berkembang dalam dunia medis, yakni peran mikrobiota saluran cerna dalam berbagai penyakit. Selain itu, data penelitian berasal dari pasien Indonesia—wilayah yang masih sangat minim referensi ilmiah terkait peta mikrobiota lambung.
“Saya memilih fokus penelitian ini karena sering menjumpai pasien dengan kerusakan mukosa lambung yang cukup berat, tetapi hasil pemeriksaan menunjukkan mereka negatif H. pylori. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan penting: bakteri apa yang sebenarnya berperan dalam proses peradangan tersebut? Dari situ, saya terdorong untuk memetakan mikrobiota lambung pada populasi Indonesia,” jelasnya, Rabu (19/11/2025).
Menurut dr. Rini, penelitian ini bukan hanya membuka pemahaman baru tentang radang lambung kronis, tetapi juga memberikan arah baru dalam paradigma pencegahan kanker lambung. Temuan ini menegaskan bahwa gastritis berat tidak selalu berkaitan dengan H. pylori, melainkan juga bisa disebabkan oleh komunitas bakteri lain.
“Kontribusi penelitian ini bagi pengembangan ilmu dan layanan kesehatan di Indonesia cukup signifikan. Temuan ini memberikan gambaran awal bahwa gastritis berat tidak selalu berkaitan dengan H. pylori, tetapi juga dapat melibatkan bakteri lain yang perlu diperhatikan,” ujarnya.
Ia berharap temuan ini membuka pintu kolaborasi penelitian lebih luas, baik dengan pusat riset di Indonesia maupun lembaga internasional. Agenda lanjutan yang direncanakan meliputi penelitian longitudinal untuk memantau evolusi mikrobiota dari fase gastritis hingga prekanker, serta studi strategi pencegahan kanker berbasis analisis mikrobiota.
Penelitian ini juga tercatat sebagai salah satu yang pertama di Indonesia yang memetakan mikrobiota lambung menggunakan pendekatan biologi molekuler, sehingga menyediakan basis data penting untuk riset lanjutan mengenai kesehatan lambung pada populasi Indonesia.
Dengan pengakuan internasional ini, dr. Rini berharap penelitian yang ia rintis dapat menjadi landasan perubahan dalam diagnosis, tata laksana, dan strategi pencegahan penyakit lambung di masa mendatang. (*)


Tinggalkan Balasan Batalkan balasan