Mahasiswa KKN Unhas Ajak Warga Desa Seppang Mandiri Pangan Lewat Inovasi Budikdamber
RAKYAT.NEWS, BULUKUMBA – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Hasanuddin (Unhas) yang bertugas di Desa Seppang, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba, memperkenalkan program inovatif bertajuk Budidaya Ikan Lele dan Tanaman Hidroponik dalam Ember (Budikdamber).
Program ini dihadirkan sebagai solusi praktis memanfaatkan lahan terbatas sekaligus mendorong kemandirian pangan keluarga.
Dengan memadukan budidaya ikan lele dan sayuran dalam satu sistem sederhana, Budikdamber menjadi langkah nyata mahasiswa dalam mengedukasi sekaligus memberdayakan warga desa. Sistem ini dirancang agar mudah diaplikasikan di pekarangan rumah, hemat biaya, dan tidak memerlukan lahan luas.
Kegiatan sosialisasi berlangsung di Kantor Desa Seppang, Senin (4/8/2025), dihadiri pemerintah desa, tokoh masyarakat, karang taruna, ibu rumah tangga, dan pelajar.
Dalam suasana akrab, mahasiswa KKN menjelaskan prinsip kerja Budikdamber, mulai dari teknik budidaya ikan lele dalam ember hingga penanaman sayuran secara hidroponik di bagian atasnya.
Tidak hanya paparan teori, mahasiswa juga menampilkan contoh Budikdamber yang sudah dirakit. Mereka menunjukkan ember berisi air dan bibit lele yang dipadukan dengan media tanam sayuran seperti kangkung di bagian atas.
Sistem ini memanfaatkan kotoran ikan sebagai pupuk alami bagi tanaman, sementara tanaman membantu menjaga kualitas air bagi ikan. Penjelasan yang disertai praktik langsung membuat warga lebih mudah memahami konsep tersebut.
Demonstrasi dimulai dari tahap menyiapkan ember, memasang sistem aerasi, mengatur pH air, hingga menanam bibit sayuran pada netpot di atas ember.
Mahasiswa juga mengajarkan cara memberi pakan ikan dengan tepat serta tips merawat tanaman agar tumbuh subur. Semua tahapan dipraktikkan bersama warga sehingga mereka langsung bisa mencoba dan memahami teknisnya.
Koordinator Mahasiswa KKN Desa Seppang, Fajar Gustiawan Akhmad, menegaskan Budikdamber bukan sekadar proyek sementara. Ia berharap sistem ini menjadi kebiasaan baru di masyarakat.
“Kami ingin setiap rumah di Desa Seppang memiliki setidaknya satu Budikdamber sebagai langkah awal menuju kemandirian pangan,” ujarnya.
Kepala Desa Seppang, Samsu, memberikan apresiasi tinggi terhadap ide tersebut. Menurutnya, Budikdamber sangat relevan dengan kondisi desa yang sebagian besar memiliki pekarangan terbatas.
“Program ini sederhana, murah, tapi manfaatnya besar bagi warga,” katanya sambil menegaskan komitmen pemerintah desa untuk mendorong penerapan sistem ini di seluruh RT.
Kepala Dusun Mattirowalie, Muh. Darwis Pasra, menilai Budikdamber sebagai inovasi tepat guna untuk mengajak generasi muda lebih produktif di rumah. Menurutnya, anak muda dapat belajar bertanggung jawab melalui perawatan ikan dan tanaman, sekaligus berkontribusi pada ketahanan pangan keluarga.
Antusiasme warga terlihat dari banyaknya pertanyaan dan keinginan mencoba Budikdamber di rumah. Beberapa ibu rumah tangga bahkan langsung meminta daftar bahan dan estimasi biaya pembuatan. Untuk memastikan keberlanjutan, mahasiswa KKN berencana melakukan monitoring rutin selama masa tugas mereka.
Dengan kombinasi edukasi, praktik langsung, dan dukungan pemerintah desa, Budikdamber di Desa Seppang membuktikan bahwa inovasi sederhana dapat membawa dampak besar.
Program ini tidak hanya menambah pengetahuan warga tentang budidaya pangan berkelanjutan, tetapi juga menumbuhkan semangat gotong royong dan kemandirian.
Bagi mahasiswa KKN Unhas, Budikdamber menjadi warisan berharga yang mereka tinggalkan untuk desa—sebuah langkah kecil menuju masa depan yang lebih mandiri dan hijau.
Penulis: Fajar Gustiawan Akhmad


Tinggalkan Balasan Batalkan balasan