Rekomendasi berbasis bukti dari program ini juga akan memperkuat peran nelayan dalam pengambilan keputusan terkait keadilan sosial dan lingkungan di wilayah pesisir.

Direktur Eksekutif YKL Indonesia, Nirwan Dessibali, menyatakan bahwa terdapat beragam tantangan di wilayah pesisir, terutama terkait kurangnya informasi digital yang mendukung peningkatan ekonomi masyarakat dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Melalui program ini sebagai proyek percontohan, diharapkan dapat menjadi teladan di berbagai wilayah.

Nirwan menjelaskan bahwa langkah awal program ini adalah melakukan pengumpulan informasi mendalam dari masyarakat pesisir serta berbagai pihak terkait mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga tingkat desa.

“Pengumpulan data sementara dilakukan dengan responden nelayan, perempuan pesisir serta masyarakat umum di wilayah pesisir Pulau Barrang Caddi Kota Makassar, Galesong Kota dan Galesong Selatan Kabupaten Takalar. Informasi awal juga sudah didapatkan saat launching dimana para pihak telah memberikan pandangannya dari Dinas provinsi, kabupaten kota, kepala desa, penyuluh dan lainnya yang akan ditindaklanjuti dengan wawancara mendalam,” ujar Nirwan.

Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin, Ilham Alimuddin, yang terlibat dalam program ini menyatakan bahwa wilayah pesisir dipilih sebagai fokus pengembangan karena tingkat kerentanannya yang tinggi.

“Harapannya ada satu aplikasi yang bermanfaat bagi banyak orang khususnya nelayan serta seluruh sektor. Bagaimana kita kuatkan masyarakat pesisir terkait dengan resiliensi atau ketahanan terhadap kebencanaan. Perubahan iklim, cuaca ekstrim khusus nya wilayah pesisir yang rentan. Ini yang akan dijawab dengan penguatan informasi,” jelas Ilham.

Seluruh informasi yang terkumpul akan dianalisis untuk dikembangkan menjadi aplikasi yang mudah digunakan dan berkelanjutan. Masyarakat dan pihak terkait akan dilibatkan dalam seluruh proses mulai dari pengumpulan data, lokakarya, hingga pelatihan penggunaan aplikasi.

YouTube player