“Ada juga yang ketika sudah cerita ke orangtuanya itu dianggap tidak umum, sehingga diajak ke ustadz, disuruh minum air dari uztadz dan malah mengarah ke hal mistik,” ujarnya.

Beberapa individu yang menyadari memiliki gangguan mental tetapi takut untuk meminta bantuan dari orangtua, memilih untuk mencari bantuan psikolog sendiri atau menjalani pengobatan tanpa didampingi.

“Sebagian dari narasumber datang ke psikolog secara diam-diam, bahkan ada juga yang menggunakan uang sendiri, padahal biaya ke psikolog itu tidak murah,” ungkap Krisna.

“Kemudian ada juga yang membuat presentasi tentang apa yang terjadi pada dirinya, kemudian dia menelisik sebenanya faktornya apa. Dia mencoba menggambarkan bahwa ini salah satunya adalah karena asuhan bapak ibunya yang kurang baik,” tutur Krisna.

Ada yang bahkan mencoba menyadarkan orangtuanya tentang kondisinya dengan berbagai cara, seperti membuat presentasi atau menelusuri akar masalahnya.

Setelah orangtua menyadari hal tersebut, dukungan dan pemahaman pun diberikan secara lebih intensif.

Tindakan tersebut membuktikan pentingnya dukungan keluarga dalam pengobatan gangguan kesehatan mental.

Kesadaran dan dukungan dari lingkungan sekitar sangat berperan dalam pemulihan individu yang mengalami masalah kesehatan mental.

“Sejak saat itu orangtuanya menjadi sadar dan mensupportnya, setiap dua minggu sekali dia ke rumah sakit jiwa diantar oleh orangtuanya,” ujar Krisna.