Menurut Indah, salah satu tantangan dari talent management ialah ageism atau diskriminasi usia.

Misal, terdapat karyawan yang memandang bahwa seorang yang memimpin sebuah project harus dilihat dari aspek usia. Padahal, penilaian utamanya dilihat dari kesesuaian kompetensi. 

“KALLA sudah memiliki kriteria talent yang sudah clear sehingga sehingga ketika pelaksanaan proses promosi sudah jelas prosesnya dan dasar seseorang terpilih. Bukan karena usia atau lama bekerja melainkan berfokus kepada performance dan keseuaian kompetensi terhadap posisi yang dituju. Sebagai salah satu cara dalam mengatasi generation gap adalah dengan mendorong collaborative relationship, dimana dibuka kesempatan yang luas untuk bekerjasama dalam cross-project, baik improvement maupun innovation,” jelasnya.

Dosen dan Kepala Nobel Entrepreneurship Center (NEC), Iradat Rayhat Sofyan, mengungkapkan, tantangan talent management juga terletak pada kondisi karyawan yang saat ini terdiri atas beberapa generasi. Mengelola SDM yang multigenerasi dan multiculture tidaklah mudah.

“Paling penting, perusahaan harus punya profiling karyawan seperti apa yang diinginkan, dilihat dari performance dan kompetensi. Semuanya harus dipersiapkan, mulai dari proses planning, recruitment, maintain sampai retain. Sebab, talent management juga merupakan proses suksesi, bagaimana mengisi posisi sraategis dengan orang-orang berkualitas atau kategori Star,” ungkapnya.

Sementara itu, Human Capital Director PT Maybank Indonesia Tbk, Irvandi Ferizal, membeberkan beberapa fakta yang menjadi tantangan talent management.

Berdasarkan survei yang dimilikinya, perusahaan mengganti hingga 32% karyawan bukan karena performance yang tidak bagus, melainkan dianggap tidak bisa mengikuti perkembangan ke depan.

“Maka dari itu, talent management sebenarnya tak hanya bicara tentang kompetensi, tetapi kemauan untuk belajar,” ujarnya.

Kemudian, tantangan selanjutnya ialah bagaimana menjaga karyawan untuk tetap bekerja di perusahaan.

YouTube player