Pembicara dari Makassar, Dr. Andi Burchanuddin, Dekan FISIP Universitas Bosowa menyoroti tantangan pemilu antara lain berupa potensi keretakan sosial, distorsi kebebasan berupa hate speech dan hoaks, serta diskoneksi partisipasi dan pascapemilu. Narasumber lainnya, Dr. Kisman Karinda, Dekan FISIP Muhammadiyah Luwuk mengemukakan bahwa dalam perspektif sosiologi, pemilu merupakan fenomena sosial yang melibatkan interaksi individu, kelompok dan institusi. Proses politik ini menunjukkan adanya partisipasi warga masyarakat untuk menentukan masa depan melalui pemimpin yang mereka pilih.

Perspektif komunikasi dikemukakan Dekan FIKOM UIR Pekanbaru, Dr. Muhd. Ar. Imam Riauan mengungkapkan digitalisasi sebagai kemunculan media baru dalam pemilu sebagai proses politik merupakan hal yang tidak terhindarkan. Pesan politik yang tersampaikan harus selaras dengan kemampuan masyarakat dalam menerima informasi pemilu. Penanggap dari FIKOM UMB Jakarta, Dr. Elly Yuliawati menyoroti arah sikap dan perilaku warga masyarakat termasuk pemilih pemula dan mahasiswa sebagai generasi milineal yang sangat akrab dengan dunia digital.

Dekan FISIP Universitas Kapuas, Dr. Martinus Syamsudin menyoroti makna penting pemilu sebagai sarana demokrasi, serta peran masyarakat di daerah perbatasan Kalimantan dengan negara tetangga. Wakil Sekjen FK-DKISIP, Dr. Taufiqurokhman berharap bahwa seminar ini sebagai aktivitas keilmuan para anggota merupakan hal yang sangat visioner bagi tumbuhkembangya demokrasi Indonesia. Prof. Dr. Zainal Abidin Rengifurwarin, Ketua STIA Alaska sebagai penanggap menyoroti tentang perlunya kesungguhan unsur penyelenggaraan pemilu untuk mewujudkan pemilu yang lebih berkualitas.

Dekan FISIPKOM Unida Bogor, Dra. Ginung Pratidina, M.Si. menandaskan tentang dialektika yang berkembang diantara para kandidat dan relasi yang harmonis dengan media massa untuk kelangsungan pemilu yang elegan. (*)