Makassar, Rakyat News – sebuah legenda yang berkisah tentang asal mula nama Makassar, ibukota propinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Beginilah kisahnya, pada suatu masa di Kerajaan Gowa, tersebutlah Baginda Raja Tallo ke-VI Mangkubumi Kerajaan Gowa, I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka yang merangkap Tuma’bicara Butta ri Gowa , selama tiga malam berturut-turut bermimpi melihat cahaya yang bersinar terang kemilau nan indah muncul dari arah pesisir Pantai Tallo. Pancaran cahaya itu dalam mimpinya menyebar hingga keseluruh Butta Gowa dan ke negeri sahabat lainnya.

Pada malam ketiga, yakni tepatnya di malam Jum’at tanggal 9 Jumadil Awal 1014 H atau tanggal 22 September 1605 Masehi, berlabuhlah sebuah perahu kecil di pesisir pantai Tallo. Layar perahu itu terbuat dari kain sorban dan saat itu kelihatan sedang berkibar kencang. Setelah berlabuh, nampaklah turun sesosok lelaki dari perahu itu yang kemudian menambatkannya.

Tak lama kemudian, lelaki itu melakukan beberapa gerakan yang terlihat aneh bagi orang-orang disekitar pesisir pantai Tallo, yang kemudian diketahui bahwa itulah gerakan sholat namanya.

Tubuh lelaki itu memancarkan cahaya terang nan kemilau, membuat penduduk yang bermukim di Tallo menjadi gempar karenanya. Maka ramailah penduduk membicarakan kedatangan lelaki itu hingga kabar beritapun sampai juga ke telinga Baginda I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka. Baginda-pun bergegas mempersiapkan dirinya untuk pergi ke pantai Tallo di suatu pagi yang masih gelap gulita untuk membuktikan kebenaran kabar berita yang diterimanya.

Belum sempat Baginda keluar dari gerbang istana, lelaki itu dengan berjubah putih dan bersorban hijau sudah berdiri tegak menghadangnya di depan gerbang istana. Terlihat raut wajahnya yang teduh dan seluruh tubuhnya memancarkan cahaya indah nan kemilau. Belum hilang rasa takjub Baginda melihat keajaiban itu, lelaki itu segera saja menjabat tangan Baginda.

Kemudian ia membuka telapak tangan Baginda dan menuliskan beberapa kalimat di situ sambil berkata, “Perlihatkanlah tulisan ini kepada seorang lelaki yang sebentar lagi akan berlabuh di pantai.” Setelah berucap, lelaki itu dalam sekejab mata langsung menghilang.

Sungguh hal itu membuat Baginda menjadi sangat terperanjat, ia pun mencubit lengannya untuk memastikan bahwa ia sedang tidak bermimpi. Saat ia melihat telapak tangannya, nampaklah tulisan itu ternyata jelas adanya. Maka bergegaslah beliau pergi ke pantai, dan di sanalah ia melihat seorang lelaki yang sedang menambatkan perahunya.

Baginda I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka menemui lelaki itu, memperkenalkan dirinya dan menceritakan pengalamannya saat bertemu lelaki berjubah putih dan bersorban hijau seraya tadi menunjukkan tulisan lelaki yang ada di telapak tangannya.

Lelaki itu pun memperkenalkan dirinya sebagai Abdul Ma’mur Khatib Tunggal berasal dari Kota Tengah, Minangkabau, Sumatera Barat, kelak lelaki itu lebih dikenal sebagai Dato’ ri Bandang.

“Berbahagialah wahai Baginda I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka, sebab tulisan ini adalah dua kalimat syahadat.” kata Dato’ Ri Bandang. “Adapun lelaki yang menuliskannya adalah Rasulullah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam sendiri. Nabi telah menampakkan diri (Akkasaraki Nabbiya) di negeri Baginda.”

Peristiwa pertemuan Baginda I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka dengan Dato’ Ri Bandang inilah yang kemudian dianggap sebagai salah satu kisah legenda asal muasal nama Makassar, yakni dari ucapan “Akkasaraki Nabbiya”, yang artinya Nabi menampakkan diri.

Adapun Baginda Raja Tallo I Mallingkaang Daeng Manyonri Karaeng Katangka kemudian akhirnya memeluk Agama Islam dan bergelarSultan Abdullah Awaluddin Awawul Islam Karaeng Tallo Tumenanga ri Agamana. Menurut catatan lontara beliau merupakan raja pertama yang memeluk agama Islam di wilayah Sulawesi Selatan. (*)

dongengklasiksulawesiselatan.blogspot.co.id