Kemudian ia membuka telapak tangan Baginda dan menuliskan beberapa kalimat di situ sambil berkata, “Perlihatkanlah tulisan ini kepada seorang lelaki yang sebentar lagi akan berlabuh di pantai.” Setelah berucap, lelaki itu dalam sekejab mata langsung menghilang.

Sungguh hal itu membuat Baginda menjadi sangat terperanjat, ia pun mencubit lengannya untuk memastikan bahwa ia sedang tidak bermimpi. Saat ia melihat telapak tangannya, nampaklah tulisan itu ternyata jelas adanya. Maka bergegaslah beliau pergi ke pantai, dan di sanalah ia melihat seorang lelaki yang sedang menambatkan perahunya.

Baginda I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka menemui lelaki itu, memperkenalkan dirinya dan menceritakan pengalamannya saat bertemu lelaki berjubah putih dan bersorban hijau seraya tadi menunjukkan tulisan lelaki yang ada di telapak tangannya.

Lelaki itu pun memperkenalkan dirinya sebagai Abdul Ma’mur Khatib Tunggal berasal dari Kota Tengah, Minangkabau, Sumatera Barat, kelak lelaki itu lebih dikenal sebagai Dato’ ri Bandang.

“Berbahagialah wahai Baginda I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka, sebab tulisan ini adalah dua kalimat syahadat.” kata Dato’ Ri Bandang. “Adapun lelaki yang menuliskannya adalah Rasulullah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam sendiri. Nabi telah menampakkan diri (Akkasaraki Nabbiya) di negeri Baginda.”

Peristiwa pertemuan Baginda I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka dengan Dato’ Ri Bandang inilah yang kemudian dianggap sebagai salah satu kisah legenda asal muasal nama Makassar, yakni dari ucapan “Akkasaraki Nabbiya”, yang artinya Nabi menampakkan diri.

Adapun Baginda Raja Tallo I Mallingkaang Daeng Manyonri Karaeng Katangka kemudian akhirnya memeluk Agama Islam dan bergelarSultan Abdullah Awaluddin Awawul Islam Karaeng Tallo Tumenanga ri Agamana. Menurut catatan lontara beliau merupakan raja pertama yang memeluk agama Islam di wilayah Sulawesi Selatan. (*)