“Ternyata mudah sekali. Ini bisa kami praktikkan sendiri, tidak perlu beli bahan kimia mahal. Selain hemat, juga ramah lingkungan,” tuturnya.

Ia berharap pelatihan serupa rutin dilakukan agar warga semakin kreatif dan sadar pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Program ini juga menjadi bagian dari pendekatan pembelajaran kontekstual bagi mahasiswa KKN, yang tidak hanya menerapkan ilmu dari bangku kuliah, tetapi juga berinteraksi langsung dengan masyarakat serta mengenali persoalan nyata di lapangan.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa belajar memahami dinamika sosial, budaya lokal, dan cara menyampaikan pesan edukatif yang dapat diterima serta dipraktikkan warga.

Lebih dari itu, sosialisasi dan pelatihan eco-enzim ini memperlihatkan sinergi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan masyarakat lokal dalam mendorong perubahan pola hidup yang lebih peduli terhadap lingkungan.

Dengan menjadikan limbah sebagai sumber daya, warga Desa Seppang mulai menyadari bahwa menjaga alam tidak selalu memerlukan teknologi canggih, melainkan cukup dengan pengetahuan tepat, semangat gotong royong, dan kemauan untuk berubah.

Dengan semangat tersebut, mahasiswa KKN Unhas berharap inisiatif yang mereka jalankan di Desa Seppang dapat menjadi model inspiratif bagi desa lain.

Mereka meyakini keberlanjutan lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau akademisi, tetapi tugas bersama yang dimulai dari rumah, dapur, dan tangan-tangan sederhana warga desa. (*)

YouTube player