RAKYAT.NEWS, EDUKASI – Indonesia telah kehilangan seorang dokter perintis, Prof. Dr. Sulianti Saroso, yang meninggal dunia pada tanggal 28 Juli 2021 di usia 74 tahun. tuberkulosis dan HIV/AIDS. Kehidupan dan warisan Prof. Saroso terus menginspirasi banyak calon profesional medis di seluruh Indonesia.

Baca Juga : 6 Unsur Non Logam yang Berperan Penting bagi Kehidupan

Lahir pada 8 Januari 1947, di Pekalongan, Indonesia, Prof. Saroso tumbuh dalam keluarga sederhana dan mengembangkan kecintaan terhadap kedokteran sejak usia muda. Ia melanjutkan studi kedokteran di Universitas Indonesia sebelum mendapatkan gelar master dalam ilmu kedokteran dari Boston University School of Medicine di Amerika Serikat.

Prof Saroso memulai karir medisnya sebagai dokter umum di Rumah Sakit Kramat Jati di Jakarta. Pada tahun 1983, beliau diangkat sebagai Direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, yang tetap menjadi salah satu rumah sakit umum terbesar dan terpenting di Indonesia. Selama masa jabatannya sebagai Direktur, beliau menerapkan beberapa program inovatif yang secara signifikan meningkatkan kinerja dan reputasi rumah sakit.

Salah satu prestasi Prof Saroso yang paling menonjol adalah kontribusinya dalam memerangi tuberkulosis di Indonesia. Dia adalah advokat kuat untuk pengobatan TB berbasis komunitas, yang melibatkan pemberdayaan pasien dan keluarga mereka untuk mengambil peran aktif dalam mengelola penyakit sementara juga mempromosikan pengobatan yang lebih efektif dan terjangkau. Pendekatannya terbukti sangat sukses dan membuka jalan bagi pengelolaan tuberkulosis yang lebih baik di Indonesia.

Prof Saroso juga memperjuangkan hak pasien dan membantu mendirikan organisasi hak pasien pertama di Indonesia, Yappika, pada 1990-an. Dia sangat percaya akan pentingnya perawatan yang berpusat pada pasien, yang menekankan kebutuhan dan preferensi individu setiap pasien. Dedikasinya terhadap pendekatan ini memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia.